YOGYAKARTA, (ERAKINI) - Pendidikan menjadi salah satu ekosistem penguatan moderasi beragama. Guru berperan penting di dalam ekosistem pendidikan. Sehingga, guru harus menjadi aktor penguatan moderasi beragama.
Hal itu disampaikan oleh Guru Besar dari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar I Nyoman Yoga Segara dalam acara Seminar Penguatan Moderasi Beragama bagi Guru Agama di D.I. Yogyakarta.
“Guru berperan penting di dalam ekosistem pendidikan. Sebagai pendidik, guru merupakan aktor yang mengemban tugas menanamkan nilai-nilai moderasi beragama,” kata Yoga, di Auditorium Disdikpora Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (14/5/2024).
Adapun seminar Penguatan Moderasi Beragama ini diinisiasi Balai Litbang Agama (BLA) Semarang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) D.I. Yogyakarta.
Seminar yang digelar secara hybrid dan berpusat di Auditorium Disdikpora Daerah Istimewa Yogyakarta itu dihadiri 250 guru secara luring, dan diikuti 250 guru secara daring melalui Zoom Meeting.
Dalam kesempatan itu, Yoga menegaskan bahwa pendidikan yang inklusif itu memberikan kebebasan berekspresi kepada anak didik dengan cara mereka yang berbeda-beda.
Anak bisa menjadi Islam, Hindu, Kristen, dan lain sebagainya. Tugas lembaga pendidikan adalah menyediakan sarana untuk mengekspresikan kebutuhan mereka dalam beragama.
“Mari kita menjadi orang-orang yang berproses untuk menerapkan moderasi beragama tidak hanya menjadi narasi, tetapi juga menjadi tindakan, dan itu bisa terealisasi di sekolah-sekolah,” kata Yoga.
Yoga membeberkan sejumlah praktik baik (best practice) lembaga pendidikan yang berhasil menyemaikan nilai-nilai moderasi beragama. Di antaranya Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda di Medan (Sumut) yang membuat chatbot tentang kebhinnekaan.
SMA Negeri 1 Kesamben di Blitar (Jatim) mengakomodir tenaga pendidik lintas agama. Sedangkan SMA Negeri 1 Bambanglipuro di Bantul (D.I.Y.) yang membuat saung moderasi beragama.
“Moderasi beragama itu proses menjadi. Dia tanda koma untuk kita terus belajar, memahami dan mengamalkan nilai-nilai itu,” katanya.
Senada dengan hal itu, Kepala BLA Semarang Moch. Muhaimin mengatakan bahwa guru adalah subyek penggerak sekaligus sasaran penguatan moderasi beragama. Guru SMA berperan besar dalam membentuk karakter dan nilai-nilai peserta didik.
“Penguatan moderasi beragama akan membantu mengembangkan sikap toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pluralitas agama dan kepercayaan,” kata Muhaemin.
Muhaiman menambahkan bahwa kerjasama seminar penguatan moderasi beragama antara BLA Semarang dengan Dinas Dikpora D.I. Yogyakarta merupakan respon atas hasil Rakornas Moderasi Beragama Tahun 2024.
“Kerjasama ini diharapkan menjadi prototype penyemaian moderasi beragama lintas kementerian/lembaga yang diamanatkan oleh Perpres Nomor 58 Tahun 2023,” katanya.