Serangan Rudal Iran ke Israel Bikin Harga Minyak Dunia Kian Meroket
JAKARTA, (ERAKINI) - Serangan Iran yang meluncurkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel, memicu lonjakan harga minyak dunia. Memanasnya situasi di Timur Tengah menciptakan kekhawatiran atas potensi gangguan besar-besaran dalam produksi minyak dunia.
Menurut laporan Euro News, Rabu (2/10/2024), harga minyak mentah Brent di ICE mengalami kenaikan sebesar 2,9% menjadi USD73,56 per barel. Sementara harga minyak WTI di Nymex melonjak 3,5% menjadi USD70,92 per barel setelah serangan rudal Iran tersebut.
Pada sesi perdagangan hari ini di pasar Asia, kedua harga acuan minyak global tersebut terus meningkat lebih dari 1%, mencapai US$ 74,56 dan US$ 70,94 per barel.
Meskipun situasi terlihat mengkhawatirkan, beruntung hingga saat ini dampak langsung terhadap harga minyak masih dapat dikelola. Sebab sebagian besar rudal yang diluncurkan Iran dapat dicegat oleh Israel.
Namun, kekhawatiran utama bagi pasar minyak global adalah potensi serangan balasan dari Israel terhadap fasilitas minyak Iran. Mengingat Iran adalah salah satu dari sepuluh produsen minyak terbesar dunia dengan produksi mencapai lebih dari 3,3 juta barel per hari pada Agustus 2024.
Jika produksi minyak Iran terganggu akibat konflik ini, maka pasokan minyak mentah global akan menyusut. "Hal ini tidak diragukan menyebabkan kenaikan jangka pendek untuk minyak, terutama jika kita melihat ketegangan geopolitik ini meningkat lebih jauh," kata Analis Pasar Minyak di eToro, Josh Gilbert.
Saat ini, Iran mengekspor setengah dari produksinya, yang berkontribusi sekitar 2% terhadap pasokan global. Dengan situasi yang terus berkembang, pelaku pasar terus memantau situasi ini, mengingat dampak potensialnya terhadap stabilitas pasar energi global.
Pengamat energi telah melihat ancaman nyata terhadap pasokan minyak mentah global setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel. Kekhawatiran muncul jika infrastruktur minyak Iran menjadi target serangan balasan Israel, sehingga dapat berdampak signifikan terhadap pasokan global.
"Konflik Timur Tengah akhirnya dapat memengaruhi pasokan minyak. Ruang lingkup gangguan material terhadap pasokan minyak kini sudah dekat," kata Saul Kavonic, analis energi senior di MST Marquee, seperti dikutip CNBC International.
Ia menambahkan bahwa perkembangan ini dapat menjadi titik balik setelah periode "kelelahan risiko geopolitik," di mana para pedagang sebelumnya meremehkan ancaman gangguan pasokan dari situasi di Timur Tengah dan Ukraina.
Saat ini, setidaknya 4% dari pasokan minyak global terancam akibat konflik yang melibatkan Iran. Kavonic memperingatkan bahwa serangan atau sanksi yang lebih ketat dapat mendorong harga minyak hingga mencapai USD100 per barel.
Josh Young, CIO Bison Interests, juga menyoroti potensi peningkatan serangan terhadap infrastruktur minyak Iran sebagai respon dari Israel. Situasi ini dapat mengganggu pasokan minyak secara lebih luas.
Sementara itu, Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, mencatat bahwa sejak dimulainya konflik bersenjata antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, gangguan pada pasar minyak relatif terbatas. Namun, peningkatan produksi dari AS dan melambatnya permintaan di China telah memberikan tekanan pada harga minyak.