Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Kurs Rupiah Melesat 182 Poin usai Polemik Revisi UU Pilkada Berakhir

Kurs Rupiah Melesat 182 Poin usai Polemik Revisi UU Pilkada Berakhir

JAKARRA, (ERAKINI) -  Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS dibuka perkasa pada perdagangan awal pekan Senin (26/8/2024) pagi. Kurs rupiah sempat terpuruk pada pekan lalu imbas polemic revisi UU Pilkada.

Kini, setelah pelemik UU Pilkada berakhir, kurs rupiah kembali menguat. Pada awal perdagangan yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi, rupiah melesat 182 poin atau 1,17 persen menjadi Rp15.310 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.492.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ketegangan politik yang mereda setelah DPR membatalkan revisi UU Pilkada sentiment positif bagi kurs rupiah.

"Alhasil, rupiah menguat diikuti kinerja aset-aset keuangan yang menguat, yakni saham dan obligasi," ujarnya mengutip dari Antara.

Native 1 Banner

Rupiah sempat anjlok beberapa hari jelang penutupan perdagangan pekan lalu. Pada Kamis (22/8/2024), rupiah melemah  bersamaan dengan saham domestik,  akibat meluasnya aksi demo protes revisi UU Pilkada di berbagai daerah Indonesia.

Josua memperkirakan perdagangan rupiah hari ini akan bergerak di rentang Rp15.375 hingga Rp15.500 per dolar AS.

Pada pekan lalu, Rata-rata harian volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp27,48 triliun, lebih tinggi dari pekan sebelumnya, yang sebesar Rp19,82 triliun, secara rata-rata.

Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia juga melonjak Rp9,59 triliun menjadi Rp831 triliun atau 14,45 persen dari total yang beredar pada 22 Agustus 2024.

Dari sisi eksternal, indeks dolar AS merosot ke level terendah sejak Juli 2023. Hal ini terutama dipicu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole pada Jumat.

Powell menyatakan bahwa waktunya telah tiba bagi The Fed untuk memulai pemotongan suku bunga AS Fed Funds Rate (FFR).

Sebelumnya, beberapa bank sentral seperti Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) juga memberikan sinyal berbeda dari The Fed, sehingga semakin mendorong apresiasi mata uang mereka.

 


Editor:

Ekonomi Bisnis Terkini