Search

Profil Rezy Pradipta, Ilmuan Dunia Alumni SMA Taruna Nusantara yang Jadi Profesor Peneliti di AS

JAKARTA, (ERAKINI) - Rezy Pradipta adalah ilmuan Indonesia yang sudah mendunia. Alumni SMA Taruna Nusantara Magelang itu menjabat profesor peneliti di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS).

Nama Rizy beberapa tahun lalu sempat menjadi perbincangan karena prestasinya di kancah global. Rezy Pradipta ternyata alumni SMA Taruna Nusantara tahun 2001 (TN 9). Rizy kemudian melanjutkan pendidikan dan meraih gelar S1, S2, dan S3 di Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu kampus terbaik di dunia yang berbasis di Cambridge, AS.

Ia mendapatkan kesempatan kuliah di MIT berkat prestasinya di ajang olimpiade fisika. Saat duduk di bangku SMA Taruna Nusantara tahun 2001, Rezy terpilih mengikuti olimpiade fisika tingkat Asia di China. Dalam  olimpiade itu Rezy berhasil meraih peringkat satu dan menyabet emas. Pada tahun yang sama, ia mengikuti olimpiade fisika tingkat internasional di Turki dan berhasil meraih perak.

Setelah lulus SMA Taruna Nusantara, ia dianjurkan oleh Pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) agar melanjutkan studi fisika S1 ke AS, dan akhirnya mendapat beasiswa di MIT tahun 2002. Pria kelahiran Jakarta ini kemudian memilih Jurusan Fisika dengan minor program Ilmu Ekonomi.

Tahun 2006 Rizy berhasil menyelesaikan studi S1, lalu melanjutkan S2 di kampus yang sama Jurusan Nuclear Science and Engineering dan selesai tahun 2007. Tak puas gelar master, ia kemudian melanjutkan pendidikan doctoral qualifying examination tahun 2008 dan lulus tahun 2012.

Setelah menyelesaikan S3, ia  memulai karier di Boston College sebagai postdoctoral research associate. Tak butuh lama, Rezy sudah mengharumkan nama Indonesia pada usia 33 tahun. Tepatnya pada tahun 2016, ia telah menjadi research scientist atau profesor peneliti di Universitas Boston.

Dalam biografinya yang tercantum di laman resmi Universitas Boston, dilihat Jumat (16/8/2024), Rizy tercatat sebagai Ilmuwan Riset. Bidang penelitian utamanya adalah studi fenomena ionosfer (bagian atmosfer yang terionisasi oleh radiasi matahari) dan plasma ruang angkasa dengan menggunakan berbagai instrumen diagnostik berbasis darat dan satelit.

Fenomena ini termasuk gangguan ionosfer perjalanan (TIDs), gelombang gravitasi akustik (AGWs), dan gelembung plasma khatulistiwa (EPBs). Instrumen yang berguna untuk mempelajari fenomena ini termasuk ionosonde, jaringan penerima GPS berbasis darat, radar pencar yang tidak koheren, dan berbagai misi satelit.

Rizy mengaku sangat tertarik mengembangkan cara-cara baru dan inovatif untuk melakukan penelitian terhadap fenomena plasma ionosfer ini demi melayani banyak orang yang membutuhkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca luar angkasa.

Pada tahun 2017 lalu ia pernah  menganalisis respons ionosfer terhadap gerhana matahari total di Amerika Utara. Melalui topik bahasan “Solar Eclipse Events: Hidden Treasure for Space Scientists”, Rezy berpesan agar penelitian terhadap peristiwa gerhana matahari terus dilakukan.

“Peristiwa gerhana matahari merupakan harta karun pengetahuan karena dapat melatih ilmuwan dalam berbagai dimensi teknis serta meningkatkan pemahaman tentang fenomena unik tersebut,” kata Rezy kala itu dalam kegiatan visiting researcher program Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kehebatan Rizy pernah mendapat pujian dari Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Ia mengunggah pertemuannya dengan Rizy pada Februari tahun 2020 di akun Instagram.

"Namanya, Rezy Pradipta. Ilmuwan muda Indonesia Lulusan S3 Massachusetts Institute of Technology yang sekarang menjadi dosen dan peneliti di Boston College," tulis Luhut.

Luhut menceritakan, saat bertemu di Washington DC Amerika Serikat dalam rangka bertemu para investor dan pejabat pemerintah untuk mendatangkan investasi ke Indonesia, Rezy menunjukkan hasil penelitiannya kepada Luhut terkait cuaca antariksa.

advertisement