JAKARTA, (ERAKINI) - Wamildan Tsani Panjaitan merupakan salah satu alumni SMA Taruna Nusantara Magelang berprestasi di bidang penerbangan (pilot). Ia saat ini menjadi orang nomor 1 di maskapai penerbangan swasta, Lion Air.
Alumni SMA Taruna Nusantara tercatat banyak berprofesi sebagai pilot. Wamildan tergolong salah pilot alumni SMA Taruna Nusantara yang kariernya mentereng. Mengutip dari laman resminya, Lion Air merupakan anak perusahaan PT Langit Esa Oktagon (PT LEO Group) yang merupakan bagian dari Lion Group.
Lion Air merupakan maskapai penerbangan domestic yang dikenal bertarif rendah (low-cost carrier). Sejak penerbangan pertama pada tahun 2000, Lion Air telah memperluas layanan penumpang ke beberapa pasar internasional, seperti Singapura, Malaysia, Arab Saudi, China, dan terbaru Korea.
Saat ini Lion Air dipimpin Wamildan Tsani Panjaitan yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut). Wamildan sudah menjabat Plt Dirut Lion Air sejak 2023. Ia sebelumnya menjabat Direktur Keselamatan, Keamanan dan Kualitas (Safety, Security and Quality) Lion Air/Batik Air.
Dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (1/11/2024), Wamildan Tsani Panjaitan memiliki istri bernama Riri Anggreni, dan mereka sudah dikarunia 3 orang anak. Wamildan merupakan alumni SMA Taruna Nusantara tahun 1998 (TN 6).
Setelah lulus SMA Taruna Nusantara, Wamildan melanjutkan pendidikan ke Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulus tahun 2001. Uniknya, walaupun punya marga Panjaitan (Batak/Sumatera Utara), Wamildan justru banyak menghabiskan masa kecil di Jayapura, Papua.
Kepada media baru-baru ini, Wildan berbagi kisah perjalanan hidupnya yang tidak mudah. Ia menghabiskan masa pendidikan di Jayapura hingga SMP. Lulus SMP ia terbang ke Magelang setelah dinyatakan lulus masuk SMA Taruna Nusantara.
"Saya diterima di SMA Taruna Nusantara tahun 1995, saya angkatan ke-6 waktu itu," ucapnya.
Setelah lulus SMA Taruna Nusantara, ia kemudian masuk AAU kecabangan penerbang (korps PNB). Wamildan memang sudah lama mengincar kecabangan ini.
Wamildan mengaku sudah sejak kecil tertarik dengan dunia penerbangan. Wamildan yang lahir dan tumbuh besar di Tanah Papua, bercita-cita menjadi seorang pilot. Cita-cita itu tertanam karena ia kala itu sering melihat pesawat Hercules.
Seperti kebanyak anak sekolah pada umumnya yang ditanya mengenai cita-cita, ia tetap konsisten bermimpi menjadi pilot. Mimpinya itu pun baru benar-benar menjadi kenyataan pada tahun 2003.
Setelah lulus AAU tahun 2001, Wamildan belum otomatis punya SIM alias surat izin menerbangkan pesawat, walaupun dari kecabangan penerbang. Ia baru dinyatakan masuk sebagai penerbang pada tahun 2003.
Tugas pertamanya sebagai penerbang ditempatkan di Makassar. Ia saat itu terbang menggunakan pesawat maritim Patrol Aircraft Boeing 737. Ia menjadi pilot pesawat ini sekitar 10 tahun.
Setelah itu ia pindah tugas Yogyakarta sebagai pengajar di Sekolah Penerbang. Ia pun menghabiskan karier di sana hingga pensiun dini. Setelah pensiun ia bergabung ke Lion Group. Awalnya Wamildan bergabung Batik Air sebelumnya akhirnya menjadi Plt Dirut Lion Air saat ini.
Perjalanan kariernya hingga mencapai puncak saat ini bukanlah sekilat pesawat yang biasa ia terbangkan. Banyak cobaan yang harus ia lalui. Bak turbulensi pesawat di udara, ia pun kerap menghadapi rintangan.
Apalagi kala itu saat menetapkan pilihan untuk memilih penerbangan sipil. Sebab ia sudah belasan tahun terbang di dunia militer (TNI AU). Bagi dia perlu mengubah mental, hati, dan pikiran saat memutuskan pindah ke maskapai penerbangan sipil.
Wamildan pun berbagi ilmu bagi siapapun yang punya cita-cita berkarier di dunia penerbangan. Hal pertama, kata dia, jangan takut bermimpi besar. Ia sudah membuktikan seorang anak dari Papua yang ingin menjadi pilot, hal itu diawali dengan mimpi.
Selanjutnya, melakukan usaha maksimal dan harus menjaga Kesehatan. Sebab kesehatan merupakan syarat penting untuk menjadi pilot. Artinya, harus menjaga pola makan.