Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Studi Ungkap Sering Relokasi di Masa Kecil Tingkatkan Risiko Depresi 40% Lebih Tinggi

Studi Ungkap Sering Relokasi di Masa Kecil Tingkatkan Risiko Depresi 40% Lebih Tinggi

JAKARTA, (ERAKINI) – Relokasi pada masa kanak-kanak bisa menjadi tantangan yang sangat besar dan meninggalkan dampak yang panjang. Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Jama Psychiatry mengungkapkan bahwa seringnya pindah rumah pada masa kanak-kanak berdampak signifikan pada kesehatan mental, sehingga meningkatkan risiko terjadinya depresi di masa dewasa.

Demikian studi dari Profesor Clive Sabel yang merupakan penulis utamanya yang menganalisis lokasi tempat tinggal hampir 1,1 juta orang yang lahir di Denmark antara tahun 1981 dan 2001. Studi ini menemukan hubungan yang mencolok antara seringnya relokasi masa kanak-kanak dan kesehatan mental: individu yang sering berpindah sebelum usia 15 tahun memiliki kemungkinan lebih dari 40% untuk didiagnosis menderita depresi di masa dewasa.

Temuan penelitian itu menunjukkan bahwa lingkungan rumah masa kanak-kanak yang stabil, dengan situasi tempat tinggal yang menetap, dapat berfungsi sebagai faktor pelindung terhadap potensi tantangan kesehatan mental di kemudian hari.

“Kami tahu ada sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang didiagnosis mengidap penyakit mental. Namun, ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa pindah ke lingkungan baru selama masa kanak-kanak adalah salah satu faktornya, dan kami yakin angka-angka yang kami lihat bisa menjadi puncak gunung es," kata Profesor Clive Sabel dalam siaran persnya dilansir dari Medical Daily, Jumat (19/7/2024).

Native 1 Banner

“Selama tahun-tahun pembentukan tersebut, anak-anak membangun jaringan sosial mereka melalui sekolah, kelompok olahraga, atau kegiatan lainnya. Setiap kali mereka harus beradaptasi dengan sesuatu yang baru, hal ini dapat mengganggu, jadi kita mungkin perlu menemukan cara baru untuk membantu orang-orang mengatasi tantangan tersebut, Profesor Sabel menambahkan.

Studi ini menganalisis lokasi tempat tinggal hampir 1,1 juta orang yang lahir di Denmark antara tahun 1981 dan 2001 yang tetap tinggal di negara tersebut selama 15 tahun pertama. Dengan menelusuri mereka hingga dewasa, ditemukan bahwa lebih dari 35.000 orang telah didiagnosis menderita depresi.

Selama analisis terperinci, para peneliti mengkonfirmasi adanya hubungan antara tumbuh di lingkungan yang kurang mampu secara ekonomi dan peningkatan risiko depresi, sehingga menghasilkan kemungkinan 10% lebih tinggi. Namun, untuk pertama kalinya, penelitian ini menemukan bahwa terlepas dari status ekonomi, banyak bergerak selama masa kanak-kanak mempengaruhi risiko depresi.

“Bergerak selama masa kanak-kanak, terlepas dari status lingkungan yang buruk, dikaitkan dengan tingkat depresi yang jauh lebih tinggi di masa dewasa dibandingkan dengan tidak bergerak,” tulis para peneliti.

Anak-anak yang berpindah-pindah satu kali antara usia 10 dan 15 tahun memiliki kemungkinan 41% lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tidak berpindah-pindah. Pindah dua kali atau lebih selama periode ini meningkatkan risiko menjadi sekitar 61%, yang menunjukkan bahwa dampak relokasi lebih besar dibandingkan dampak tumbuh di lingkungan yang kekurangan.

Berdasarkan temuan penelitian mereka, para peneliti menyarankan agar anak-anak yang sering mengalami relokasi selama masa kanak-kanak menerima dukungan ekstra untuk mengurangi risiko penyakit mental di masa depan.

Gaya Hidup Terkini