Tiga Amalan Sunnah di Bulan Safar
Saat ini umat Islam sedang berada pada bulan Safar, bulan kedua dalam hitungan kalender hijriyah. Dilansir dari NU Online, Safar berarti “sepi” atau “sunyi” sesuai keadaan masyarakat Arab pada zaman dahulu yang selalu sepi pada bulan Safar.
Adapun sepi dalam arti senyapnya rumah-rumah mereka karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian.
Nama bulan Safar diambil dari kata safar dalam bahasa Arab, yang berarti kosong, sedangkan makna dari bulan Safar adalah sunyi dan sepi. Dalam sejarah Islam, pada bulan safar ada kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu yang kerap mengosongkan rumahnya untuk pergi berperang pada bulan Safar.
Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H) menjelaskan dalam kitab tafsirnya juz 4 halaman 146:
صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ
Artinya: Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.
Bulan Safar sering kali dikaitkan dengan berbagai keyakinan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat, termasuk dalam tradisi Islam. Salah satu yang populer adanya pemahaman bahwa bulan ini mengandung kesialan.
Dalam Islam, tidak ada bukti yang sahih dari hadits atau ajaran Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa bulan Safar menyebabkan segala macam kesialan atau masalah. Islam menekankan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik kesialan maupun keberuntungan, adalah hasil dari kehendak Allah. Rasulullah bersabda dalam Haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد
Artinya: Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa (HR Bukhari).
Begitu juga dengan pendapat Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) mengatakan, bulan Safar dan bulan lainnya tidak memiliki perbedaan sama sekali. Beliau menegaskan:
وَأَمَّا تَخْصِيْصُ الشُّؤْمِ بِزَمَانٍ دُوْنَ زَمَانٍ كَشَهْرِ صَفَرٍ أَوْ غَيْرِهِ فَغَيْرُ صَحِيْحٍ
Artinya: Adapun mengkhususkan kesialan dengan suatu zaman tertentu bukan zaman yang lain, seperti (mengkhususkan) bulan Safar atau bulan lainnya, maka hal ini tidak benar.
Bulan Safar sesungguhnya sama dengan bulan-bulan yang lainnya, yakni memiliki amalan-amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim, di antaranya adalah:
Pertama, meningkatkan kebaikan dan kepedulian sosial.
Bulan Safar merupakan bulan yang bisa dijadikan oleh kita umat Muslim sebagai bulan memperbanyak amal saleh. Bisa dengan memperbanyak amalan ibadah ritual seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, maupun ibadah sosial seperti bersedekah, menyambung tali silaturahmi, dan sebagainya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى مِنْبَرِهِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى رَبِّكُمْ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا إِلَيْهِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَهُ وَبَيْنكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ وَبِكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ، وَالْعَلَانِيَّةِ، تُؤْجَرُوا، وَتُنْصَرُوا، وَتُرْزَقُوا
Artinya: Dari Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah bersabda saat beliau berada di atas mimbarnya, wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Tuhan kalian sebelum kalian mati. Bersegeralah kembali kepada-Nya dengan amal-amal saleh, sambunglah hubungan antara Tuhan dan kalian dengan memperbanyak dzikir dan sedekah di saat sunyi dan ramai, maka kalian diganjar, ditolong dan diberi rezeki.
Kedua, puasa sunnah ayyamul bidh.
Pada bulan Safar ini, kita juga bisa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 hijriah. Puasa pada hari tersebut merupakan puasa ayyamul bidh yakni puasa tiga hari pada pertengahan bulan. Rasulullah saw bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Artinya: Hai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriah).
Selain itu Rasulullah juga bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah:
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Artinya: Kekasihku (Rasulullah saw) mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur.
Ketiga, memperbanyak berdoa.
Selain beramal saleh dan berpuasa, pada bulan Safar juga kita dianjurkan untuk memperbanyak doa. Karena doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah swt, akan dikabulkan oleh-Nya. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Ghafir ayat 60:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Artinya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina (QS Ghafir: 60).