Kriteria Pemimpin yang Baik Menurut Rasulullah
Masyarakat Indonesia tengah bersiap untuk memilih pemimpin baru dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Para calon pemimpin akan memperebutkan kursi pemerintahan di tingkat provinsi serta kabupaten/kota.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, masyarakat diharapkan mempertimbangkan secara matang calon pemimpin yang akan dipilih pada 27 November 2024 mendatang. Penting untuk mengikuti ajaran agama yang menekankan pentingnya memilih pemimpin ideal sesuai anjuran Islam.
Dilansir dari NU Online, salah satu syarat penting yang harus dimiliki oleh calon pemimpin adalah etika dan moral. Dalam konteks kepemimpinan, Islam telah menetapkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin ideal yang patut dijadikan teladan.
Nabi Muhammad saw telah menekankan bahwa kepemimpinan yang ideal setidaknya mencakup tiga dari empat sifat wajib bagi para nabi dan rasul, yakni siddiq (jujur), amanah (dipercaya), dan fathonah (cerdas). Ketiga sifat ini dapat menjadi landasan utama dalam menilai seorang pemimpin yang baik.
Dalam hadis, Nabi Muhammad saw juga menasihati salah seorang sahabatnya untuk tidak meminta jabatan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya: "Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik." (HR. Imam al-Bukhari).
Al-Wallawi, dalam karyanya Dzahirah al-‘Uqba, memberikan penjelasan terkait hadis ini: siapa pun yang meminta kepemimpinan dan dikabulkan, maka Allah akan menghilangkan pertolongan karena kerakusannya. Namun, jika kepemimpinan diberikan tanpa diminta, Allah SWT akan menolongnya dan mengilhaminya dengan kebenaran, sehingga ia bisa bahagia di dunia dan akhirat.
Dari hadis di atas, kita dapat menetapkan beberapa kriteria dalam menilai calon pemimpin yang ada di sekitar kita. Salah satu yang harus dihindari adalah memilih calon pemimpin yang tamak dan rakus. Dua sifat buruk ini seharusnya tidak ada dalam jiwa seorang pemimpin, karena kerakusan dan ketamakan akan melahirkan kecurangan dalam menjalankan tugasnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari bahwa seorang pemimpin yang curang tidak akan masuk surga:
ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Artinya: "Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga." (HR. Imam al-Bukhari).
Selain itu, sifat amanah dan tanggung jawab merupakan hal mendasar yang harus ada pada seorang pemimpin. Sifat-sifat ini akan mempengaruhi keputusan yang diambilnya, bagaimana ia menangani kasus-kasus, serta memperhatikan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: "Dari ‘Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ketahuilah, setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin orang banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka, budak juga seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya."
Seorang pemimpin juga harus memiliki keahlian, terutama dalam menata kewarganegaraan yang akan membawa negara dan rakyat pada kestabilan di berbagai bidang, baik keamanan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Memberikan kepercayaan kepada yang bukan ahlinya adalah tanda kehancuran, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Artinya: "Apabila sifat amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat." Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanah itu?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat." (HR. Imam al-Bukhari).
Al-Qasthallani menjelaskan bahwa orang yang tidak ahli dalam hal ini adalah mereka yang tidak ahli dalam agama dan tidak mampu menjaga amanah. Ibn Batthal menambahkan bahwa jika para pemimpin menyerahkan urusan kepada yang bukan ahlinya, maka mereka telah mengabaikan amanah, dan ini menjadi tanda-tanda datangnya hari kiamat.
Dengan mempertimbangkan semua hal tersebut, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memilih pemimpin yang benar-benar layak dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan ajaran Islam.