Sikap Nabi Muhammad Merespons Masyarakat yang Beragam
Sudah menjadi fitrah umat Manusia, lahir dalam keadaan yang berbeda-beda, termasuk soal keyakinan agama yang mengikuti kedua orang tuanya. Namun demikian, Islam mengajarkan kepada setiap umat-Nya untuk tetap bersatu di tengah perbedaan yang ada.
Nabi Muhammad saw sebagai rasul pernah menanggapi terkait beragamnya umat Manusia yang ada di Madinah. Rasulullah lalu berdoa kepada Allah agar diberikan bimbingan sehingga tidak salah dalam menyikapi perbedaan tersebut.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Aqil Siroj, memberikan penjelasan mengenai sikap Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi keragaman penduduk di Madinah saat peristiwa hijrah. Beliau menyampaikan bahwa Nabi melihat bahwa di Madinah terdapat berbagai macam pemeluk agama seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Bagaimana sikap Nabi terhadap keragaman tersebut?
"Begitu Nabi melihat keragaman itu, Allah membimbingnya. Di dalam Al-Qur'an surat Al-Mumtahanah ayat 8, Allah memerintahkan Nabi untuk berbuat baik dan bersikap adil kepada siapa pun yang tidak memusuhi kamu," jelas Kiai Mustofa dilansir dari NU Online, Selasa (3/9/2024).
Kiai Mustofa menegaskan bahwa jika konteks ayat tersebut diterapkan di Indonesia, maka sudah jelas bahwa pemeluk agama-agama lain yang tidak memusuhi Islam harus diperlakukan dengan baik dan adil. "Apa pun agamanya, selama mereka tidak memusuhi, maka jangan dimusuhi," tegas Ketua Umum PB Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini.
Lebih lanjut, Kiai Mustofa menambahkan bahwa Allah melalui Nabi Muhammad telah mengajarkan nilai-nilai kebangsaan kepada umat Islam. "Ini bisa disebut kebangsaan apabila ada rasa kemanusiaan," ujar Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon ini.
Dalam ceramahnya, Kiai Mustofa juga mengungkapkan bahwa tiga surat pertama yang diturunkan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad tidak menyebutkan nama "Allah" satu pun. "Surat itu adalah Al-‘Alaq, disusul empat bulan kemudian dengan Al-Muddatstsir. Setelah itu baru Al-Muzammil, dan kemudian Al-Fatihah. Ketiganya itu tidak menyebutkan kalimat Allah, tetapi menggunakan istilah Rabb. Silakan cek," terang Kiai Mustofa.
Ia juga menjelaskan perbedaan penggunaan istilah Allah dan Rabb di dalam Al-Qur'an. Istilah Rabb digunakan untuk menjelaskan bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan Allah, termasuk orang yang beriman maupun yang tidak. Sedangkan istilah Allah digunakan hanya untuk orang-orang yang menyembah dan beriman kepada-Nya.
"Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin yang memandang seluruh masyarakat sebagai makhluk Allah, bukan hanya memandang apakah seseorang beriman atau tidak kepada Allah," lanjut Kiai Mustofa.
Sebagai penutup, Kiai Mustofa menekankan bahwa bahkan binatang pun harus dihormati karena mereka juga makhluk Allah.
"Jangankan manusia, binatang pun harus dihormati. Karena binatang, seburuk apa pun, kedudukannya sama dengan manusia, yakni sama-sama makhluk Allah. Apalagi manusia, bahwa Allah memuliakan bani Adam. Inilah doktrin kebangsaan Allah untuk Nabi Muhammad," pungkasnya.