Search

WHO Sebut Virus Cacar Monyet ‘Mpox’ Tak Menyebar Seperti COVID-19

JENEWA, (ERAKINI) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) tidak menyebar seperti COVID-19. Virus Mpox yang ditularkan melalui kontak kulit tidak sama penularannya dengan virus Covid-19 yang ditularkan melalui udara, dan keduanya tidak menyebar dengan cara yang sama. Demikian disampaikan oleh pejabat WHO.

Melansir Anadolu, Sabtu (24/8/2024), Maria Van Kerkhove, direktur Departemen Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO, dan Otim Patrick Ramadan, ketua tim Manajemen Kasus Akut Kantor Regional WHO untuk Afrika, berbicara tentang virus mpox selama program yang diadakan di media sosial X.

“Kami tidak melihat situasi yang sama terjadi,” kata Kerkhoveaid, mengacu pada perkembangan virus korona.

"Siapa pun bisa tertular mpox jika Anda melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi. Namun, itu tidak berarti semua orang akan tertular mpox," ucapnya.

Kerkhoveaid mengatakan, penularan virus SARS-CoV-2 melalui udara cepat dan singkat, yang menyebabkan penyebaran Covid-19 secara global. Ia menyoroti perbedaan signifikan dalam cara virus ini beroperasi dibandingkan dengan virus lainnya.

“Ada banyak hal yang dapat kita lakukan dengan informasi yang tepat, dengan menghentikan transmisi dengan berbagai cara,” ungkap dia.

Menurut WHO, Mpox adalah penyakit virus yang dapat menyebar melalui kontak langsung serta melalui permukaan yang terkontaminasi seperti seprai, pakaian dan jarum.

13 Negara Laporkan kasus Mpox

Patrick Ramadan menegaskan bahwa mpox dapat menyerang siapa saja.“Kami melihat penularan di tingkat masyarakat yang berdampak pada anak-anak, namun kami juga melihat orang dewasa yang juga terkena dampaknya. Saat ini, di kawasan Afrika, kita mengalami wabah aktif di 13 negara, dan di 13 negara ini, kita melihat banyak orang terdampak,” kata pejabat WHO itu.

Menurut angka terbaru CDC Afrika, sebanyak 17.541 kasus mpox dan 517 kematian sejauh ini telah dilaporkan dari 13 negara Afrika. Republik Demokratik Kongo, episentrum wabah saat ini, menyumbang 96 persen dari semua kasus dan 97 persen dari semua kematian yang dilaporkan sepanjang 2024.

Kongo telah mencatat 16.700 kasus mpox yang terkonfirmasi atau diduga, termasuk lebih dari 570 kematian. Afrika Selatan mencatat 24 kasus terkonfirmasi, termasuk tiga kematian, dan Kamerun mencatat lima kasus terkonfirmasi, termasuk dua kematian.

Ia menyebut bahwa 30 persen kasus di Burundi dan negara tetangga Republik Demokratik Kongo, tempat wabah tersebar luas, ditemukan pada mereka yang berusia di bawah 18 tahun. “Ini mengkhawatirkan,” kata dia.

Burundi melaporkan lebih dari 100 kasus, sementara Nigeria memiliki 39 kasus, Liberia memiliki lima kasus, Rwanda memiliki empat kasus, Pantai Gading dan Uganda masing-masing memiliki dua kasus, dan Kenya memiliki satu kasus terkonfirmasi.

Ditekankan olehnya bahwa vaksinasi merupakan sarana kesehatan masyarakat tambahan untuk membendung virus mpox, dan dia menyesalkan bahwa jumlah vaksin yang tepat tidak dapat dicapai di Afrika.

WHO saat ini merekomendasikan penggunaan vaksin MVA-BN dan LC16 terhadap mpox. Untuk itu, Ramadan menekankan pentingnya vaksinasi yang ditargetkan bagi mereka yang berisiko dan berisiko tinggi penularan.

WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika pada pekan lalu menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan kontinental.

advertisement