Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Kematian Akibat Virus Marburg di Rwanda Bertambah, Para Ilmuwan Kebut Uji Vaksin

Kematian Akibat Virus Marburg di Rwanda Bertambah, Para Ilmuwan Kebut Uji Vaksin

JAKARTA, (ERAKINI) – Virus mematikan Marburg yang menyebar di Rwanda hingga menewaskan beberapa orang belum ada pengobatannya hingga saat ini. Para peneliti saat ini berpacu dengan waktu untuk menyebarkan vaksin dan pengobatan terhadap virus mematikan yang sedang merajalela di Rwanda tersebut.

Kasus kematian akibat virus yang menyebabkan penyakit demam berdarah mirip Ebola ini pun mengalami peningkatan. Rwanda telah melaporkan, ada 27 kasus infeksi virus marburg dengan kasus kematian menjadi sembilan orang per 30 September 2024. Virus Marburg yang mewabah di Rwanda ini sebagian besar menginfeksi tenaga kesehatan yang bekerja di Kigali atau ibu kota negara tersebut.

Virus Marburg ini memiliki case fatality rate (CFR) atau tingkat fatalitas sekitar 25 sampai 88 persen, menurut hasil penelitian sejauh ini. Namun, hingga saat ini, tidak ada terapi atau vaksin yang disetujui untuk melawan virus tersebut.

Namun jika wabah saat ini terus berlanjut, para pejabat kesehatan dan peneliti berharap dapat mengumpulkan data berharga mengenai keamanan dan potensi efektivitas vaksin dan pengobatan.

Dilansir dari Nature, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss pada tanggal 30 September 2024 mengadakan telekonferensi yang melibatkan ilmuwan Rwanda yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjalankan uji coba vaksin dan pengobatan dan anggota konsorsium vaksin virus Marburg (MARVAC).

Sebagai infromasi, virus Marburg berasal dari kelelawar buah dan menyebar ke manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau dengan permukaan, seperti seprai yang terkontaminasi. Menurut pihak WHO, Wabah Marburg dan kasus di masa lalu telah tercatat di Tanzania, Guinea Khatulistiwa, Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan, Uganda dan Ghana.

Infeksi virus Marburg dimulai dalam 2 hari hingga 3 minggu setelah terpapar. Pasien mungkin mengalami berbagai gejala seperti demam, menggigil, dan sakit kepala, disertai nyeri otot dan ruam khas berupa benjolan datar dan menonjol, sering kali terkonsentrasi pada batang tubuh.

Tanda-tanda lainnya termasuk nyeri dada, sakit tenggorokan, dan masalah pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Namun, seiring perkembangan penyakit, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk gagal hati, delirium, syok, pendarahan, dan disfungsi multi-organ.

Internasional Terkini