JAKARTA, (ERAKINI) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Selasa (5/11/2024) malam. Pemecatan Gallant oleh Netanyahu tersebut dengan alasan kurangnya rasa saling percaya selama masa perang.
Menurut Kantor Perdana Menteri, pemecatan Gallant tertuang dalam surat singkat diserahkan kepadanya pada jam 8 malam. Dalam pertemuannya, Netanyahu memberitahu Gallant bahwa masa jabatannya akan berakhir 48 jam sejak diterimanya surat tersebut, sebagaimana dilansir dari Times of Israel, Rabu (6/11/2024).
Usai Gallant dipecat, posisinya akan diisi oleh Menteri Luar Negeri Israel Katz. Sementara posisi Katz di Kementerian Luar Negeri Israel akan digantikan oleh Menteri Gideon Sa’ar.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih atas pengabdian Anda sebagai menteri pertahanan,” tutup surat dari Netanyahu kepada Gallant.
Setelah interaksi singkat tersebut, Netanyahu meninggalkan ruangan dan merekam video di mana ia mengumumkan pemecatan saingan lamanya dari partai Likud, lapor berita Channel 12.
“Sayangnya, meskipun pada bulan-bulan pertama perang terdapat kepercayaan dan pekerjaan yang sangat bermanfaat, selama beberapa bulan terakhir kepercayaan ini retak antara saya dan menteri pertahanan,” kata Netanyahu dalam pernyataan video.
Netanyahu menyebut bahwa keduanya tidak setuju dalam pengelolaan perang, dan bahwa Gallant telah membuat pernyataan dan mengambil tindakan yang bertentangan dengan keputusan kabinet. Selain itu, Netanyahu juga menuduh Gallant secara tidak langsung membantu musuh-musuh Israel.
Netanyahu menilai bahwa dirinya melakukan banyak upaya untuk menjembatani kesenjangan dengan Gallant, namun kesenjangan tersebut, kata dia, semakin melebar. Netanyahu menyebut Krisis kepercayaan dengan menteri pertahanan tidak memungkinkan kelanjutan kampanye [militer] dengan baik.
Adapun pemecatan Gallant ini bukan kali pertama. Pada bulan Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah menteri pertahanan menyerukan untuk menghentikan sementara proses legislasi dari rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial, yang menurutnya menyebabkan perpecahan yang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.
Namun, Gallant kembali diangkat sebagai pucuk pimpinan Kementerian Pertahanan kurang dari sebulan kemudian ketika Hamas melakukan serangan teror mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Dia tetap memegang jabatannya selama perang berikutnya di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara dan operasi darat di Lebanon selatan.