JAKARTA, (ERAKINI) – Gunung Fuji di Jepang masih belum bersalju hingga Selasa Pada 29 Oktober 2024. Fenomena panas terik hingga menyebabkan gunung ikonik ini tak bersalju ini menandai periode terlama sejak pencatatan dimulai 130 tahun yang lalu.
Hal itu disampaikan oleh Badan Cuaca Jepang sebagaimana dilansir dari The Guardian, Jumat (1/11/2024). Rata-rata lapisan salju di gunung berapi ini mulai terbentuk pada tanggal 2 Oktober, dan tahun lalu salju pertama kali terdeteksi di sana pada tanggal 5 Oktober.
Namun karena cuaca yang hangat, tahun ini belum ada hujan salju yang terlihat di gunung tertinggi di Jepang tersebut, menurut prakirawan cuaca Kantor Meteorologi Lokal Kofu Yutaka Katsuta.
Tanggal tersebut menandai tanggal terakhir sejak data komparatif tersedia pada tahun 1894, katanya. Hal ini, kata dia, mengalahkan rekor sebelumnya pada tanggal 26 Oktober yang tercatat dua kali, pada tahun 1955 dan 2016.
“Suhu tinggi pada musim panas ini, dan suhu tinggi ini berlanjut hingga September, menghalangi udara dingin” yang membawa salju, kata Katsuta kepada kantor berita AFP.
Dia mengatakan perubahan iklim mungkin berdampak pada lambatnya pembentukan lapisan salju. Musim panas di Jepang pada tahun ini merupakan musim panas terpanas yang pernah tercatat – setara dengan suhu pada tahun 2023 – karena gelombang panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim melanda banyak wilayah di dunia.
Gunung Fuji tertutup salju hampir sepanjang tahun, namun selama musim pendakian pada bulan Juli-September, lebih dari 220.000 pengunjung mendaki lerengnya yang curam dan berbatu. Banyak yang mendaki sepanjang malam untuk melihat matahari terbit dari puncak setinggi 3.776 meter.
Namun, lebih sedikit pendaki yang mendaki Gunung Fuji tahun ini, setelah pihak berwenang Jepang memberlakukan biaya masuk dan batasan jumlah harian untuk melawan pariwisata yang berlebihan.
Gunung simetris ini telah diabadikan dalam banyak karya seni, termasuk “Gelombang Besar” karya Hokusai. Terakhir kali meletus sekitar 300 tahun yang lalu.