Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Kesaksian Mantan Sandera dari Israel selama Ditahan di Gaza: Orang Palestina Tidak Memukuli Saya

Kesaksian Mantan Sandera dari Israel selama Ditahan di Gaza: Orang Palestina Tidak Memukuli Saya

JAKARTA, (ERAKINI) - Noa Argamani, seorang mantan sandera dari Israel yang ditahan Gaza membantah laporan yang menyatakan bahwa dirinya disiksa selama penahanan di Gaza oleh Hamas. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak dipukuli dan dipotong rambutnya saat berada dalam tahanan seperti laporan yang telah beredar di media.

“Saya tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di media dalam 24 jam terakhir, semuanya di luar konteks. Mereka (orang Palestina) tidak memukuli saya dan tidak memotong rambut saya. Saya berada di sebuah gedung (di Gaza) yang diledakkan oleh Angkatan Udara (Israel),” kata Noa Argamani dalam postingan Instagram baru-baru ini.

Argamani menyebut bahwa dirinya memang terluka di sekujur tubuhnya, namun luka itu adalah akibat tertimpa reruntuhan bangunan yang menimpa dirinya akibat serangan udara Israel.

Ia menegaskan kembali kata-katanya yang sebenarnya adalah sebagai berikut: “Akhir pekan ini, setelah penembakan, seperti yang saya katakan, saya mengalami luka di seluruh kepala, dan seluruh tubuh saya terbentur. Saya tegaskan bahwa mereka (warga Palestina) tidak memukul saya, namun saya terluka di sekujur tubuh akibat runtuhnya bangunan yang menimpa saya,” jelasnya dikutip dari Anadolu, Selasa (27/8/2024)

Native 1 Banner

Argamani menambahkan, mengacu pada dimulainya permusuhan tahun lalu: “Sebagai korban tanggal 7 Oktober, saya tidak akan membiarkan diri saya menjadi korban lagi oleh media.” Hal itu disampaikan kepada media saat Aragami menyampaikan pernyataan itu kepada diplomat Jepang saat dirinya sedang berada di Tokyo pada hari Kamis.

Argamani menyebut bahwa media Israel salah menafsirkan kesaksiannya, mengklaim dia telah dipukuli dan dipotong rambutnya saat disandera di Gaza.

Adapun pada tanggal 8 Juni 2024, tentara Israel berhasil membebaskan empat tawanan, termasuk Argamani, dalam operasi khusus di Kamp Pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Menurut lembaga penyiaran publik Israel, KAN, saat ini terdapat 109 sandera Israel di Gaza, 36 di antaranya diyakini sudah tidak hidup lagi.

Israel melancarkan serangan terhadap Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, dan terus melanjutkannya selama lebih dari 10 bulan meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan gencar tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.200 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 93.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, menyebabkan sebagian besar wilayah tersebut hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum negara itu diinvasi pada tanggal 6 Mei.

Internasional Terkini