Protes Terbesar, 750.000 Warga Israel Turun ke Jalan, Tuntut Netanyahu Sepakati Perjanjian Pembebasan Sandera
TEL AVIV, (ERAKINI) – Sebanyak 750.000-an warga Israel pada hari Sabtu (7/9/2024) turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi menuntut pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mencapai kesepakatan untuk membebaskan tawanan yang tersisa di Gaza. Aksi ini menjadi salah satu rekor protes dengan massa terbesar di Israel sejak beberapa hari terakhir.
Aksi ini dilakukan menyusul pengumuman bahwa Israel telah menemukan 6 jenazah sandera dari sebuah terowongan di Gaza selatan. Anggota keluarga para tawanan Israel dan kelompok yang mewakili mereka menyalahkan Perdana Menteri Israel Netanyahu dan pemerintahannya karena gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan menjamin pembebasan mereka.
Melansir dari Aljazeera, Minggu (8/9/2024), lebih dari 100 tawanan masih berada di Gaza, namun sekitar sepertiga dari mereka diyakini tewas, menurut militer Israel. Sebanyak 105 tawanan dibebaskan oleh Hamas dengan imbalan 240 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan pada bulan November.
Pejuang Palestina yang dipimpin oleh Hamas menyandera sekitar 240 orang setelah serangan di Israel selatan pada 7 Oktober. Setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan itu.
Sejak itu Israel telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir dalam sebuah kampanye yang menimbulkan kecaman global. Israel juga telah membunuh lebih dari 600 orang di Tepi Barat yang diduduki dan menahan hampir 10.000 warga Palestina.
Para demonstran menyampaikan bahwa ada 500.000 orang menghadiri demonstrasi di Tel Aviv, dan 250.000 lainnya bergabung dalam demonstrasi di kota-kota lain di negara tersebut.
Hamdah Salhut dari Al Jazeera yang melaporkan dari Amman, Yordania mengatakan sebagian besar demonstran mengatakan mereka akan terus melakukan protes sampai pemerintah mendengar tuntutan mereka dan mengubah kebijakannya.
“Demonstrasi berturut-turut selama seminggu terakhir menghasilkan kerumunan massa yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun Netanyahu menyatakan bahwa tekanan militer masih menjadi cara utama untuk memulangkan para tawanan yang tersisa, dan kesepakatan untuk membebaskan mereka masih belum terlihat,” lapor Salhut.
Sementara itu, Libby Lenkinski, wakil presiden keterlibatan publik di New Israel Fund, mengatakan bahwa semakin banyak warga Israel yang menyadari bahwa gencatan senjata yang langgeng adalah satu-satunya cara yang dapat dicapai.
“Ada kelompok pengunjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata pada awal November dan Desember [tahun lalu], dan saya pikir jumlah itu terus bertambah,” kata Lenkinski kepada Al Jazeera dalam sebuah wawancara dari New York.
Dia mengatakan jumlah pengunjuk rasa telah “meningkat secara dramatis dalam seminggu terakhir”, dengan semakin banyak warga Israel yang melakukan protes dan kini memahami bahwa gencatan senjata sebenarnya adalah satu-satunya cara agar para tawanan dapat kembali ke Israel.
“Saya pikir itu adalah pemahaman umum di kalangan pengunjuk rasa. Anda melihat semakin banyak warga Israel yang menginginkan hal ini diakhiri, baik mereka turun ke jalan atau tidak,” katanya.