JAKARTA, (ERAKINI) - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kembali dipecat oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Selasa (5/11/2024) malam. Pemecatan Gallant oleh Netanyahu tersebut dengan alasan kurangnya rasa saling percaya selama masa perang.
Usai pemecatannya tersebut, Gallant mengatakan bahwa keamanan Israel tetap menjadi misi hidupnya. "Keamanan Negara Israel selalu, dan akan selalu tetap, menjadi misi hidup saya," kata Gallant di akun X, dikutip dari Times of Israel.
Adapun pernyataan Gallant tersebut sama dengan pernyataan yang ia sampaikan pada malam pemecatan pertamanya, 18 bulan lalu.
Pada konferensi pers Selasa (5/11/2024) Gallant mengungkapkan alasan pemecatannya dengan tampak sangat emosional. Ia menyebut bahwa alasan pemecatannya ada tiga: kebutuhan untuk merekrut anggota Haredi ke IDF, keharusan untuk membawa kembali sandera dari Gaza, dan perlunya komisi negara untuk menyelidiki serangan teror Hamas pada 7 Oktober dan perang yang terjadi setelahnya.
"Masalah rancangan Haredi bukan hanya masalah sosial, namun merupakan topik penting bagi keberadaan kita, keamanan Israel dan bangsa yang berada di Zion," katanya.
Menurutnya, Israel akan menghadapi tantangan yang kompleks di tahun-tahun mendatang. “Dalam keadaan seperti ini, tidak ada pilihan. Setiap orang harus bertugas di IDF dan berpartisipasi dalam misi membela Israel," ujar Gallant.
Ia menegaskan, undang-undang yang diskriminatif dan korup mengenai wajib militer Haredi tidak boleh disahkan. Sambil memperingatkan, Gallant merujuk pada undang-undang yang didorong oleh partai Haredi, United Torah Judaism and Shas, yang akan mempertahankan pengecualian laki-laki ultra-Ortodoks dari dinas militer setelah Pengadilan Tinggi memutuskan awal tahun ini bahwa tidak ada lagi kerangka hukum yang memungkinkan negara untuk tidak menyusun rancangan undang-undang tersebut.
Gallant menentang undang-undang tersebut, sehingga membuatnya berselisih dengan partai-partai Haredi, yang keduanya menuntut agar undang-undang tersebut diprioritaskan dan mengatakan mereka siap untuk menggulingkan koalisi jika undang-undang tersebut tidak disahkan.
Sebagaimana diketahui, pemecatan Gallant ini bukan kali pertama. Pada bulan Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah menteri pertahanan menyerukan untuk menghentikan sementara proses legislasi dari rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial, yang menurutnya menyebabkan perpecahan yang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.
Namun, Gallant kembali diangkat sebagai pucuk pimpinan Kementerian Pertahanan kurang dari sebulan kemudian ketika Hamas melakukan serangan teror mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Dia tetap memegang jabatannya selama perang berikutnya di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara dan operasi darat di Lebanon selatan.