JAKARTA, (ERAKINI) - Ketua Komisi Nasional Haji dan Umrah, Mustolih Siradj sempat menyentil Garuda Indonesia karena tidak profesional dalam memberikan pelayanan terhadap ratusan ribu jemaah haji, baik saat pemberangkatan ke tanah suci maupun ketika pemulangan ke tanah air.
Mustolih mengaku heran, kenapa panitia khusus (pansus) yang dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menyoroti kinerja Garuda Indonesia.
“Padahal ini yang perlu disorot yaitu soal penerbangan. Saya tidak melihat DPR melakukan evaluasi atau menyentil secara serius kinerjanya Garuda terkait keterlambatan pemberangkatan dan kepulangan jemaah. Terutama terkait dengan on time performance (OTP),” kata Mustolih kepada erakini, dikutip Kamis (11/7/2024) kemarin.
Ia mengatakan, tahun ini kinerja Garuda Indonesia jelas menurun ketimbang tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penerbangan delay hingga puluhan jam. Bahkan persoalan ini telah diakui ratusan jemaah yang menjadi korban.
Ia tidak sepakat dengan Pansus DPR yang menyebut penyelenggaraan ibadah haji tahun ini bermasalah. Sebaliknya, dosen UIN Jakarta ini menilai, penyelenggaraan ibadah haji tahun 2024 justru berjalan baik, ketimbang tahun lalu. Justru, kekurangannya, kata dia, hanya soal penerbangan yang dimandatkan kepada Garuda Indonesia.
Lalu seperti apa pengakuan pihak Garuda Indonesia?
Ternyata kegagalan Garuda dalam menghadirkan pelayanan maksimal kepada jemaah haji, juga diakui sendiri oleh Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra. Bahkan ia sempat memohon maaf kepada jemaah haji Indonesia atas 86 keterlambatan penerbangan alias delay yang terjadi di 2024.
"Tak dapat dipungkiri, mewakili teman-teman manajemen dan seluruh karyawan Garuda, kita tentu saja memohon maaf atas banyaknya delay yang di luar kemampuan kita. Memohon maaf atas ini kepada seluruh jemaah dan stakeholder," ujar Irfan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2024).
Ia menegaskan, Garuda siap bertanggung jawab penuh terkait banyaknya keterlambatan pesawat yang membawa jemaah haji Indonesia. Irfan tidak bisa bicara terlalu jauh, faktanya memang keterlambatan terjadi pada pihak Garuda dan berdampak buruk kepada jemaah haji.
Berdasarkan data yang ia miliki, tingkat delay keberangkatan haji ada 60 kali yang terbagi ke dalam delay lebih dari satu jam sebanyak 22 kejadian, 28 delay di atas dua jam, dan 10 delay lebih dari empat jam.
Sedangkan untuk fase pemulangan, per 1 Juli 2024 ada 26 delay dari penerbangan haji Garuda Indonesia. Rinciannya, 17 kejadian delay lebih dari sejam, 6 keterlambatan di atas 2 jam, dan 3 lainnya delay melebihi 3 jam.
Selain itu, ada 46 kloter yang slot penerbangan haji Indonesia yang tidak cocok. Ini berhasil dipangkas dari 81 slot time yang tak tepat, yakni 13 keberangkatan dan 68 kepulangan.
"Kalau mereka berangkat ke Jeddah, pulangnya mestinya dari Madinah. Vice versa juga, yang mendarat di Madinah, pulangnya di Jeddah. Ini ada 81 slot yang kita gak cocok, jadi salah satunya dia adalah berangkat ke Madinah pulangnya dari Madinah, padahal hari terakhirnya ada di Makkah," paparnya.
Irfan merinci, akibat segala delay yang terjadi semasa musim haji, ada sekitar 200 penerbangan reguler terganggu. Ada delay, keberangkatan lebih cepat, hingga penggantian jenis pesawat.
Insiden teranyar dalam masa haji ini adalah pesawat Garuda yang bermasalah di Solo pada Selasa (2/7/2024) malam. Irfan mengatakan pesawat itu mulanya akan terbang ke Jeddah untuk menjemput jemaah haji Indonesia.
"Salah satu pesawat yang kami sewa, terbang dari Solo tidak berawak, untuk menjemput jemaah haji di Jeddah mengalami kerusakan dan harus kembali. Dan tampaknya engine-nya harus diganti," jelas Irfan.