Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Kisah Naufal Setyo, Calon Ilmuwan yang 3 Kali Ikut Seleksi Catar Akpol

Kisah Naufal Setyo, Calon Ilmuwan yang 3 Kali Ikut Seleksi Catar Akpol

SEMARANG, (ERAKINI) - Naufal Setyo Hema Wiratama sudah dua kali gagal lolos seleksi calon taruna (Catar) Akademi Kepolisian (Akpol). Kini ia kembali berjuang mengikuti seleksi Catar Akpol 2024.

“Ini ketiga kalinya. Tahun pertama dan kedua saya gugur di tingkat panda, mungkin karena jasmani saya kurang,” ucap Naufal sai mengikuti tes Pemeriksaan Penampilan (Rikpil) seleksi tingkat pusat taruna Akpol di Gedung Serbaguna Akpol, Semarang, Jawa Barat (Jabar), Kamis (25/7/2024).

Catar Akpol asal pengiriman Polda Jawa Barat (Jabar) ini semasa sekolah di SMA 3 Bogor, Jawa Barat (Jabar), kerap menyabet juara lomba sains.

Beberapa kompetisi sains di antaranya Medali Emas Young Scientist Competition 2019 Kategori Komputer Sains Tingkat Nasional, Juara II National Innovation Project Institut Teknologi Surabaya (ITS) Kategori Rekayasa Tekologi Tingkat Nasional, dan  Juara III Tingkat Nasional Olimpiade Indonesia Science Project 2021 Kategori Rekayasa Teknologi

Berbekal ilmunya itu ia bercita-cita menciptakan teknologi yang membantu tugas-tugas kepolisian dalam melayani masyarakat.Salah satunya drone untuk mendistribusikan obat dan barang-barang ke wilayah tertinggal, terdepan dan terluar.

“Saya berharap ke depan, skill yang saya punya bisa dibaktikan untuk Polri, dan Polri untuk masyarakat karena lingkupnya nasional. Saya berharap pengetahuan teknologi yang saya miliki ke depan bermanfaat bagi masyarakat,” terang dia.

“Konkretnya, untuk penelitian di bidang teknologi, saya punya impian merancang drone untuk distribusi obat atau barang yang dibutuhkan dalam waktu segera mungkin untuk daerah 3T," ucapnya.

"Kalau di daerah 3T kan untuk fasilitas sendiri kurang, dengan adanya drone tersebut diharapkan mempercepat distibusi obat-obatan dan yang dibutuhkan dengan cepat,” sambung dia.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mengatakan sebenarnya sedari kecil hendak menjadi seorang ilmuwan. Namun beranjak remaja, dia menilai manfaat dari kemampuannya harus dirasakan masyarakat luas.

Karena tugas-tugas kepolisian bersentuhan langsung dengan masyarakat luas, maka dia memilih ikut seleksi Akpol. Dia semakin tertarik masuk Akpol karena mendengar informasi seorang polisi difasilitasi oleh institusi untuk mengembangkan bakatnya dalam pembinaan karier.

“Cita-cita pertama sebagai ilmuwan, semakin ke sini saya merasa Polri lingkupnya nasional. Jadi kalau saya menciptakan sesuatu untuk membantu pelayanan atau operasi Polri, maka akan membantu masyarakat juga,” tutur Naufal.

“Kalau jadi polisi masih bisa menjadi ilmuwan juga, yang saya dengar masuk kedinasan itu bisa tetap melanjutkan studi dan mengembangkan diri sesuai keahlian kita, beasiswa juga banyak terbuka,” imbuh Naufal.

Naufal menyebut selama menunggu pembukaan pendaftaran taruna Akpol, ia sempat berkuliah di Universitas Indonesia. Dia mengambil Jurusan Sastra China untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa asing.

“Saya sembari menunggu pembukaan rekrutmen (Akpol), sempat kuliah di jurusan Sastra Cina UI. Jadi saya bisa Bahasa Mandarin dasar. Kemarin di Semester I IPK 3,89,” pungkasnya.


Editor:

Nasional Terkini