Kemenag, BRIN dan Most UNESCO Kolaborasi Perkuat Literasi Kebencanaan Berbasis Perpustakaan Masjid
PADANG, (ERAKINI) – Kementerian Agama (Kemenag), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Management of Social Transformation Programme (Most UNESCO), dan Maxima berkolaborasi memperkuat literasi kebencanaan masyarakat di Sumatera Barat melalui perpustakaan masjid. Upaya ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan masyarakat tentang bencana untuk mengurangi potensi korban saat bencana terjadi.
Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag, Nur Rahmawati, menekankan peran strategis perpustakaan masjid dalam menyebarkan informasi dan edukasi terkait kebencanaan. "Perpustakaan masjid bukan hanya tempat untuk ibadah dan membaca kitab suci, tetapi juga pusat informasi yang dapat memberi pengetahuan penting tentang mitigasi bencana," ujarnya dalam Dialog Khusus Literasi Keagamaan dalam Pengurangan Risiko Bencana di RRI Sumatera Barat, Senin (29/7/2024).
Kerja sama antara Kemenag, BRIN, dan Most UNESCO mencakup penyediaan bahan bacaan dan modul edukasi kebencanaan yang relevan dan mudah dipahami masyarakat. Selain itu, akan digelar pelatihan dan simulasi bagi pustakawan masjid dan takmir dalam menyampaikan informasi yang akurat dan efektif tentang kebencanaan.
"Tahun depan, kita siapkan modul berdasarkan praktik lapangan dan pengetahuan lokal. Kita kombinasikan dan formulasi terkait literasi pengetahuan lokal," jelas Nur.
Nur juga menyebut, saat terjadi bencana, banyak masyarakat mencari perlindungan di masjid. Kondisi ini memperkuat alasan untuk memperkuat literasi kebencanaan berbasis masjid. "Biasanya, saat terjadi bencana masyarakat berlindung di masjid. Ini sudah cukup menjadikan alasan kita untuk memperkuat literasi kebencanaan berbasis masjid. Sehingga ketika bencana terjadi, mereka sudah siap," tambahnya.
Direktur Eksekutif Most UNESCO, Fakhriati mengatakan, literasi kebencanaan akan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang cara mengurangi risiko bencana dengan memanfaatkan pengetahuan lokal berdasarkan budaya. "Melihat sejarah, masyarakat Nusantara, termasuk Sumatra Barat, sudah memiliki literasi kebencanaan yang cukup baik. Sumatra Barat memiliki pengetahuan lokal yang sangat kaya terkait kebencanaan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kemasjidan dan Kepustakaan Islam Kanwil Kemenag Sumatra Barat, Yusron Lubis menambahkan, masjid merupakan basis penting bagi masyarakat saat terjadi bencana. "Masjid kita selalu menjadi tempat pertolongan masyarakat. Para takmir adalah tokoh masyarakat. Basis masjid di Sumatra Barat akan dijadikan pusat penanganan bencana," jelasnya.
Yusron juga menyebut, Sumatra Barat telah memasukkan literasi kebencanaan dalam muatan lokal program pendidikan sekolah. Anak-anak dipersiapkan dengan materi yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi. "Literasi masjid kita harus hidup. Masyarakat harus memiliki ilmu apa yang harus dilakukan baik sebelum, saat, dan pasca bencana," tandasnya.