Dark
Light
Dark
Light
Top Banner

Kisah Heroik KS Tubun Pantang Menyerah Melawan G30S PKI hingga Peluru Memberondong

Kisah Heroik KS Tubun Pantang Menyerah Melawan G30S PKI hingga Peluru Memberondong

JAKARTA,(ERAKINI) - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia dalam mempertahankan Pancasila. Di antara petinggi TNI AD yang terbunuh malam itu, terdapat satu sosok polisi,  yang dianugerahi Pahlawan Revolusi, yaitu Karel Satsuit Tubun atau Aipda KS Tubun.

KS Tubun bukanlah target operasi G30S PKI. Namun, pada dini hari itu ia sedang bertugas menjaga rumah Wakil Perdana Menteri, Johannes Leimena, yang bersebelahan dengan kediaman AH Nasution.

KS  Tubun lahir di Tual Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. KS Tubun lahir di keluarga yang tergolong kurang mampu. Karena itu, setelah lulus SD di tahun 1941, KS  Tubun tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut buku Wajah dan Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional, karier KS Tubun dimulai pada tahun 1951, ketika Kepolisian Negara (sekarang Polri) membuka pendaftaran untuk anggota polisi. KS Tubun lalu mendaftar di Sekolah Polisi Negara di Ambon.

Ia kemudian berhasil lulus ujian masuk dengan baik dan menjalani pendidikan di SPN selama enam bulan. Pada 9 Februari 1952, Karel Satsuit Tubun diangkat sebagai Agen Polisi II dan ditugaskan di kesatuan Brimob Ambon.

Beberapa bulan kemudian, KS Tubun dipindahkan ke Brimob Jakarta. Pada tahun 1954, pangkatnya naik menjadi Agen Polisi I, dan ia menjalani pelatihan Brimob selama tiga bulan di SPN Megamendung, Bogor.

Tahun 1955 menandai tugas tempur pertamanya, ketika ia diberangkatkan ke Aceh untuk menghadapi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Pada tahun 1958, terjadi pemberontakan baru di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara, dimana golongan separatis mendirikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). KS Tubun pun terlibat dalam operasi militer di Sulawesi Utara.

Ia mendapat kenaikan pangkat menjadi Agen Polisi Kepala pada tahun 1959 dan ditugaskan ke Sumatera Barat untuk menghadapi pemberontakan PRRI selama enam bulan.

Di awal 1960-an, Indonesia juga berjuang untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda. Pemerintah kemudian meluncurkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat. Sebagai anggota Brimob berpengalaman, KS Tubun turut terlibat dalam operasi Trikora.

Setelah operasi tersebut, KS Tubun dipromosikan menjadi Brigadir Polisi pada tahun 1963. Setelah tugas di Irian Barat selesai, ia kembali ke markas pasukannya di Bogor.

Pada April 1965, KS Tubun yang memiliki banyak pengalaman tempur menjadi anggota pengawal di kediaman Wakil Perdana Menteri II Johannes Leimena. Hanya beberapa bulan di tugas baru ini, pecah G30S PKI untuk menculik beberapa jenderal Angkatan Darat, termasuk Jenderal AH Nasution.

Rumah Nasution kebetulan bersebelahan dengan kediaman Leimena. Saat itu, ada tiga anggota Brimob yang berjaga, yaitu Lussy, Lubis, dan KS Tubun. Ketika PKI menyerang, Lussy berada di belakang rumah, dan Lubis yang berjaga di depan, disergap.

Lubis yang berjaga di pekarangan depan langsung disergap dan dilucuti senjatanya.Sementara KS Tubun sedang tidur di gardu jaga. Saat itu KS Tubun memang sedang kebagian istirahat pada dini hari.

Namun, tiba-tiba gerombolan G30S PKI mendatanginya dan membangunkan dengan kasar. KS Tubun yang tidur sambil memegang senjata sempat mengira kalau yang mengganggu tidurnya adalah Lussy dan Lubis.

Namun, setelah tubuhnya ditendang-tendang, KS Tubun pun bangun. Sadar kalau yang membangunkannya adalah orang asing, KS Tubun sempat melakukan perlawanan seorang diri. Tapi karena kalah jumlah, ia tewas seketika setelah diberondong tembakan G30S PKI. Ia gugur tepat beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-37.

KS Tubun, yang saat itu sedang tidur di gardu jaga, dibangunkan dengan kasar oleh para penyerang. Mengira yang mengganggunya adalah rekannya, ia sempat melakukan perlawanan.

Walaupun seorang diri berhadapan dengan pasukan G30S, KS Tubun dengan gagah berani melawan. Hingga pada akhirnya KS Tubun tumbang setelah diberondong peluru.
Meskipun perlawanan tersebut tidak berhasil menyelamatkannya, namun aksi heroik KS Tubun patut diacungi jempol.

Jenderal AH Nasution dalam bukunya, Memenuhi Panggilan Tugas: Jilid 6 Masa Kebangkitan Orde Baru (1987), menceritakan, bahwa KS Tubun terus melawan meskipun senjatanya telah dirampas. Saat para penculik memaksa masuk ke pos jaga, KS Tubun tetap berjuang hingga  akhirnya jatuh setelah beberapa peluru bersarang di tubuhnya.

Atas pengorbanannya, Pemerintah Indonesia berdasarkan SK Presiden No 114/KOTI/1965 pada 5 Oktober 1965, menganugerahkan KS Tubun gelar Pahlawan Revolusi. Ia satu-satunya Pahlawan Revolusi yang berasal dari Polri.

KS Tubun yang gugur saat menjalankan tugas juga mendapat kenaikan pangkat secara anumerta menjadi Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda). Ia kemudian dimakamkan di  Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

 


Editor:

Nasional Terkini