Puisi-Puisi Vito Prasetyo
Ingin ku basuh ingatanku
pada labirin kata yang merapal doa
dan ku titipkan kematianku
di selembar daun kertas
ku lihat matamu sembab
mengiang di tanah-tanah, yang menziarahi ingatanmu
masih banyak catatan
yang belum kita selesaikan dengan benar
hingga mata puisiku perih
dada kita menyimpan halilintar
memurkai langit di sepanjang musim
malam pekat dan gelap
jalan telah buntu
hanya ada satu aksara
yang tak pernah dibacakan matahari
talang kegelisahan – esok menjelma
epitaf kematian
Malang, 2024
Tafakur
Ketika suara tak lagi bernada
hanya desir angin yang menemaninya
senantiasa hadir untuk menerangkan rasa tabah
hingga puisiku tak lagi berdetak pada nafas tersisa
selain tunduk sujud pada deretan saf kata-kata
bukankah bertafakur lebih bermakna
agar kata-kataku mampu merenungkan segala peristiwa?
sesungguhnya perjalanan tidak untuk menghitung kekalahan
Malang, 2024
Tirakat Kata
Sisa kata-kata
yang kita pungut dari jejak tidur
seakan begitu lelah menjadi kalimat
meski sinar pagi menghunjam tajam
di sehelai kertas, menunggu makna baru
untuk hilangkan penat dan letih
kini tertidur pulas pada malam-malam yang belum bertirakat
Malang, 2024
Kesunyian Kata-kata
Terkadang sekumpulan cemas
adalah perasaan rindu
mendekam dan menggumpal beku
sebab terkadang rindunya jiwa puisi
adalah kecemasan kata-kata
yang bersembunyi dalam kesunyian paling sepi
Malang, 2024
Daun Kertas
Masih adakah waktu menanti
di sehelai daun kertas,
tatkala hari-hari berjalan begitu ringkih
atau apakah kita harus membasuh penatnya mimpi
untuk berkhidmat tuntaskan cemas
jika puisi makin tersayat
dalam kedangkalannya, hingga lebam dan kusam
mengembara bersama dengus angin
di telatah zaman yang terus bergolak;
hanya suluk kitab yang mampu menjawabnya
Malang, 2024
Sajak untuk Arsy
Tatapanmu tinggalkan hiruk-pikuk peristiwa
mencari cinta di antara pergulatan hidup
masih adakah potret masa lalu,
yang menjelma diksi pada bait-bait sajakku
jika hari-hari kulewati hanya gumpalan gelisah
pada jejak yang belum kita tulis
masih ada kisah belum lelap
menanak rindu di antara kepingan zaman
andai itu kain yang kusut
tetap akan menghangatkan tubuh kita
satu yang tersisa darimu
engkau bagai pualam di kecubung senja
menabuh cahaya di jalan sunyi dan gelap
hingga seruling dan kecapi
bagai senandungkan simfoni rindu
2024
Vito Prasetyo,
Lahir di Makassar Februari 1964. Kini tinggal di Kab. Malang.
Bergiat di penulisan sastra sejak 1983, peminat bahasa & budaya.
Founder Grup Penyair Berkarya. Naskah Opini dan Sastra (Cerpen, Puisi, Esai, Resensi, Bahasa) telah dimuat di berbagai media cetak dan online baik lokal, nasional dan Malaysia.